.quickedit{ display:none; }

Saturday, October 24, 2009

"Fatwa Kafir" Sebagai Alat Penguji Kebenaran

Majelis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan fatwa kafir kepada Jemaat Ahmadiyah, sehingga dengan adanya fatwa tersebut kelompok yang menamakan diri mereka sebagai penjaga dan dan pelindung agama dengan dalih menjaga akidah membunuh dan menumpahkan darah manusia dengan dalil agama. Banyak kelompok yang pro dan kontra terhadap tindakan dan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga ini karena effect yang timbul dengan adanya fatwa ini mengakaibatkan “manusai menjadi hakim bagi manusia yang lain” sehingga hukum nagara, konstitusi dan norma-norma adat tidak berlaku lagi bagi mereka.
.
Majelis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan fatwa kafir kepada Jemaat Ahmadiyah, sehingga dengan adanya fatwa tersebut kelompok yang menamakan diri mereka sebagai penjaga dan dan pelindung agama dengan dalih menjaga akidah membunuh dan menumpahkan darah manusia dengan dalil agama. Banyak kelompok yang pro dan kontra terhadap tindakan dan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga ini karena effect yang timbul dengan adanya fatwa ini mengakaibatkan “manusai menjadi hakim bagi manusia yang lain” sehingga hukum nagara, konstitusi dan norma-norma adat tidak berlaku lagi bagi mereka.
Sebenarnya seberapa besarkah “fatwa Kafir” sebagai barometer untuk menguji kebenaran pendakwaan seorang utusan Allah taala. Semenjak jemaat Ahmadiyah menyatakan bahwa orang yang bernama Isa Ibnu Maryam dimasa sekarang ialah Hadrat Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadian a.s. Takkala beliau mendakwakan sebagai Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Al-Mau’ud) maka sebagian ulama menentang beliau dan bermacam-macam fatwa buruk mereka tujukan kepada beliau dan kepada Jemaat beliau, sebagaimana yang juga dialami oleh para Rasul Allah sebelumnya (Qs.36:31-33), berikut adalah beberapa kenyataan tersebut.
1. Para Rasul dan Nabi Allah Ta’ala itu pasti dimusuhi oleh syaitan-syaitan, sebagaimana firman Allah :
“Dan begitu juga kamijadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan dari manusia dan jin” (Qs. Al-an’aam (6):113)
Jadi, semua Nabi dan Rasul Allah itu didustakan, difitnah, dimusuhi dan bahkan ada juga yang dibunuh.
2. Para wali Allah seperti Hadhrat Ibnu Arabi r.a telah menulis dalam kitapnya (Al-Futuhah Al Makkiyah, juz III, hlm.374
“ Apabila Imam Mahdi keluar, maka tida bagian musuh yang nyata melainkan para fiqih dan ulama” (Hujajul kiramah, hlm.363)
3. Dalam umat islam ada banyak mazhab dan golongan, sebagian Ulama tiap golongan itu mengkafirkan dan menyesatkan golongan-golongan yang lainnya. Hadhrat Imam Ar-Razi r.a telah berkata ;
“Ketahuilah, bahwa orang-orany Yahudi dan Kristen sudah berlaku juga dalam umat Muhammad s.a.w. karena sesunguhnya tiap-tiap golongan atau mazhab itu mengkafirkan golongan-golongan yang lainnya (Tafsir Kabir, Juz I, hlm.448)
Diantara golongan Syi’ah ada suatu kelompok yang namanya Al-Kamilliyah. Kelompok ini telah mengeluarkan fatwa bahwa semua umat Islam setelah Rasulullah s.a.w, menjadi kafir, karena mereka tidak mengakui Ali sebagai Khalifah yang pertama bahkan kelompok ini telah mengkafirkan Ali r.a juga karena beliau tidak berani menuntut haknya. Dan oleh karena pengakuan ini, kelompok Al-kamiliyah juga telah dikafirkan (lihat Kitab Asy-Syifa Juz II hlm. 247). Jika kafir-mengkafirkan demikian itu terjadi terus menerus, lalu siapakah orang Islam yang masih tertinggal dimuka bumi ini ?
Masih banyak lagi wali-wali Allah yang telah disiksa dan di cap sebagai kafir oleh segolongan yang lainnya dan belum lagi kafir mengkafirkan antar golongan dan mazhab yang sampai hari ini masih terus menjadi polemik dan berita yang menyedihkan yang mencoreng wajah islam yang elok .
Jadi, kalau ada sebagian ulama menentang pendiri jemaat Ahmadiyah Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s tidak perlu heran lagi dan pihak Ahmadiyah insya Allah Ta’ala, tidak akan panik dan takut menghadapi mereka, karena mungkin karena para penentang tersebut belum dapat memahami seperti yang telah dipahami pihak Ahmadiyah.
Beberapa Keterangan Al-Quran Syarif Tentang Kebenaran Pendakwaan Para Rasul Allah

I. Keterangan Pertama : Takala Nabi Muhammad saw diutus, hampir semua orang Arab, terlebih penduduk Mekkah telah mendustakan beliau, Allah Ta’ala berfirman dalam Qs. Yunus (10):13 yang menyatakan bahwa kehidupan Muhammad saw sebelum mendakwakan diri menjadi Nabi dan Rasul diakui sangat bersih dan suci, sehingga beliau diberi gelar Al-Amin artinya orang yang sangat dipercaya. Orang-orang kafir sebelum mendengar pengakuan beliau benar-benar mengakui :
”Kami belum pernah mendapati engkau berdusta “(Al-Bukhari, III, hlm. 106)
Bukan hanya Nabi Muhammad saw saja yang, bahkan semua Nabi adalah Ma’shum , termasuk sebelum mendakwakan diri sebagai seorang Nabi. Jadi kebenaran, kesucian, yang mulia itu menjadi keterangan yang nyata atas kebenaran pengakuan (pendakwaan) mereka itu juga.
Seorang yang hidup sampai 40 tahun lamanya diantara manusia, dan dalam 40 tahaun tersebut dia belum pernah berdusta, belum pernah menipu orang, belum pernah meganiaya dan belum pernah melakukan kejahatan apa pun mustahil orang semacam itu tiba-tiba berani mengada-adakan kedustaan kepada Allah Ta’ala.
Itulah yang dikemukakan oleh Allah ta’ala dalam ayat tersebut sebagai keterangan mengenai kebenaran Nabi Muhammad saw. Berikut ini adalah beberapa keterangan mengenai kehidupan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebelum medakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan Al-masih, sebagai seorang Nabi Ummati yang tidak membawa syari’at baru, bahkan menjunjung tinggi dan memperjuangkan syari’at Islam laksana bayangan dari Nabi Muhammad Saw, di zaman akhir ini.

Syekh Muhammad Husain Al-Batalawi yang kemudian sangat memusuhi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s, sebelumnya telah berkomentar dalam majalahnya mengenai keluarbiasaan buku Barahin-I Ahmadiyya, karya Mirza Ghulam Ahmad a.s , yang ditulis sebelum mendakwakan diri sebagai ImamMahdi dan Masih Mau’ud :
“menurut pandangan dan pengalaman tiap-tiap kawan dan lawan, pengarang kitap Al-Barahin Ahmadiyyah tetap tegas diatas syariat Muhammad, orang yang bertakwa dan sangat benar keaadaannya (majalah Isya’atus-sunnah, Jilid VII, hlm.9)
Lagi dia menulis :
“ Pengarang Kitab Al-Barahin Al-Ahmadiyah itu tetap menolong islam dengan hartanya, jiwanya, penanya dan lidahnya. Pendek kata dengan segala-galanya, sehingga diantara orang orang Islam yang dahulu pun jaranglah orang yang semacam itu”
Jadi, kesucian hidup beliau sebelum pengakuannya sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi itu adalah satu keterangan yang nyata bagi kebenaran pendakwaannya. Adapun setelah pendakwaannya itu timbullah bermacam-macam tuduhan yang ditujukan kepada Mirza Ghulam Ahmad a.s, sama dengan tuduhan –tuduhan yang sudah pernah ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. Padahal orang-orang arab dahulunya mengakui bahwa beliau saw itu seorang yang benar tetapi setelah mendengar pendakwaan beliau sebagai Nabi, mereka berkata :
“Dan orang-orang kafir berkata “Muhammad ini seorang tukang sihir lagi pendusta besar ” (QS. Shad (38):5)
Seorang yang bernama Maulana Sirajuddin (bukan seorang Ahmadi) berkata tentang masa muda Mirza Ghulam Akhmad a.s :
“Pada tahun 1860-1861 tuan Mirza Ghulam Ahmad adalah bekerja dibandar Sialkot, usianya ketika itu kira-kira 23 tahun, kami sudah menyaksikan dengan mata kepala kami sendiri bahwa pada masa mudanya beliau itu adalah orang yang sangat soleh yang bertakwa dan dihormati” (Surat Kabar Zamindar, 8 juni 1908)
II. Keterangan Kedua : Allah Ta’ala berfirman :
“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan [sebagian ilham atau wahyu yang palsu ] atas nama Kami, niscaya Kami menangkap dia dengan kekuatan kuasa Kami dan Kami putuskan tali jantungnya” (QS. Al-Haqqah (69):45-47).
Ayat ini menyatakan bahwa “Muhammad-atau siapa saja jikalau menyiarkan wahyu palsu yang diada-adakan atas mana Allah Ta’ala pasti ia akan segera di hukum oleh Allah Ta’ala sendiri, dia akan dimatikan dan pekerjaannya akan dibinasakan. Oleh karena Nabi Muhammad saw menyirkan wahyu dengan nama Allah Ta’ala dan selamat sampai 23 tahun lamanya dan pekerjaannya pun maju dan terus berkembang, maka sudah dapat dipastikan bahwa wahyu itu memang dari Allah Ta’ala dan beliau seorang yang benar dalam pengakuan sebagai utusan-Nya.
Menurut keterangan ini juga, kita dapat mengetahui kebenaran Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Beliau ini mulai mendapatkan ilham dan wahyu dari Allah Ta’ala sejak tahun 1868 M dan pada tahun 1883 M beliau telah menyiarkan wahyu-wahyu itu kepada manusia pada umumnya melalui buku Barahin Ahmadiyah. Kemudian beliau hidup sampai pada 1908 M. jadi sesudah menyiarkan wahyu-wahyu ilham tersebut beliau hidup bukan saja 23 tahun seperti Nabi Muhammad saw, bahkan sampai 25 tahun lamanya. Dalam masa yang panjang beliau selamat dan pekerjaan beliau pun maju dan terus bekambang hinga saat ini.
Masih banyak lagi keterangan yang berhubungan dengan kebenaran pendakwaan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang sesuai dengan keterangan Al-quran karim dan berseuaian dengan hadis dan pendapat para ulama-ulama. Mengenai fatwa kafir yang sudah di alamtkan kepada beliau Hadrhat Mirza Ghulam Ahmad mengatakan :
“Mereka seharusnya melihat, seseorang yang menyatakan kedatangannya adalah atas perintah Allah, apakah dia juga membawa serta pertolongan-pertolongan dan dukungan-dukungan dari Allah atau tidak? Namun, mereka telah menyaksikan tanda dan mukjizat demi mukjizat dan mereka menyebutnya dusta. Mereka telah menyaksikan pertolongan demi pertolongan dan dukungan demi dukungan, tetapi mereka menyebutnya sihir.”
“Apalah yang dapat aku harapkan dari orang-orang yang tidak menghormati Kalam Allah Taala. Sikap santun terhadap Kalam Allah menunut agar langsung meletakkan senjata, sebaiknya mendengar nama-Nya. Namun mereka justru semakin menjadi-jadi dalam perbuatan bejad mereka. Sekarang, mereka sendiri akan melihat, siapa yang akan berhasil?”
“Aku melihat bahwa sebenarnya orang-orang inilah yng merupakan penggerak atau pencetus yang mengakibatkan pengutusanku. Dan, mereka ini merupakan faktor besar diantara faktor-faktor pengusutanku”. (Malfuzat, Add. Nazir Isyaat, London, 1984, hal. 436-437, terjemahan MI, 22/02/2001)
Selengkapnya...